Nama : Aldina Nur Rosalinda
NIM : 181420000268
Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan
Progdi : Perbankan Syariah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Universitas
Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara

SEJARAH DESA
Menurut seorang penulis
Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal
pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni
oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan
Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521).
Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati
Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi
mata rantai perdagangan nusantara.Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh
ipar Faletehan /Fatahillah
yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak
yaitu Sultan
Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu
Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin suami. Namun setelah tewasnya Sultan
Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546,
timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya
Pangeran Hadirin oleh Aryo Penangsang pada
tahun 1549.
Kematian
orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan
meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja.Setelah
terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun
dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU
KALINYAMAT.Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara
berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani
eksport import.Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah
dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai
seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara
kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai
jiwa patriotisme anti penjajahan.Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada
perangnya ke Malaka guna
menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan
jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE
JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat
berkuasa dan kaya raya.
Serangan
sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan
lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit
Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng
pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap
berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun
semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi
penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan
diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua
puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat
mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer
kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar
berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di
pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis
sebagai “QUILIMO”.
Walaupun
akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat
juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis
takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya
Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai
peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai
sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam
Tentara Jawa.Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam
membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara
yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang
berasal dari Negeri Cina.
Menurut
catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa
Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua
aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara
menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara
yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang
bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra
Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Pancur
sebagai bagian dari wilayah Jepara, menurut catatan para sesepuh desa Pancur,
asal nama Pancur sendiri berasal dari perkataan Sendang Pancuran s.
Sendang Pancuran mulai dikenal sejak Empu Supo (murid Sunan Kalijaga) singgah
di kampung Pancur Suwang (Rt 35/07) untuk menempa senjata tentara Demak ketika
terjadi geger perebutan tahta Kerajaan Demak pada tahun 1549 M. sebagai nama
tempat berwudlu setiap Empu Supo akan menempa keris, dan tempat istirahat
tentara Demak, menurut Raden….. yang mendapat mandat dari….
Sebagai
penguasa untuk wilayah Jepara, Demak, Kudus, dan Pati.Mendapat tugas untuk
mencari Sendang Pengasihan, setelah mengadakan penelusuran Sendang
Pancuran inilah yang dimaksud dengan Sendang Pengasihan. Di Sendang ini
Empu Supo bersuci dan bersujud, Sendang tersebut juga menjadi tempat istirahat
tentara Demak dan LEMAH DUWUR (sebelah Sendang) dijadikan sebagai tempat
untuk menempa senjata Dari sinilah nama Pancoran kemudian menjadi nama Desa
Pancur. Untuk menjaga tentara dan warga dari serangan musuh, jalan menuju
Sendang diberi Azimat agar musuh menjadi luluh, tempat tersebut terkenal
dengan nama Kali wuluh, kemudian di utara Kali wuluh (perbatasan antara
desa Raguklampitan dengan Pancur) di beri Azimat oleh Empu Supo untuk menangkal
musuh, tempat tersebut diberi nama Kali Panean dari kata mani’ dalam bahasa
arab artinya mencegah/menangkal.
Dalam
lintasan sejarah, desa Pancur telah mengalami perkembangan yang luar biasa.
Menurut penuturan warga, kampong (baca: desa) ini dulunya termasuk desa yang
kramat dan setiap orang yang tinggal selalu meninggal, akhirnya Syekh
Subakir mengutus Mbah Ronggo Jiwo disertai dengan Nyai Ratu Gondo
Sari dan Nyai Ratu Dewi Seruni Mbah Ronggo Jiwo dimakamkan di Makamdo’a,
Dewi Ayu Seruni dimakamkan di Kali Totok dan Nyai Ratu Gondo Sari
dimakamkan di Kedung Gambir.
Dalam
lintasan perjalanan menuju kampong Pancur, bagi orang yang tidak baik
akan luluh dan di tangkal di Kali Panean, dalam perjalanan spiritual menuju
hidup yang lebih baik jiwa harus ditotokke (dengan cara bertaubat) dalam
perjalanan spiritual berikutnya ke Makam Do’a orang harus senantiyasa
berdzikir, berdo’a dan senantiyasa berharap kepada Allah SWT, perjalanan
berikutnya menuju Kedung Gambir, Kedung Gambir sendiri mengandung
filosofi “orang kalau ingin kaya, alim harus gambir/pahit atau prihatin,
riyadloh dulu”. Dalam menuju kebersihan jiwa/hati bersuci di Sendang
(tabarrukan di petilasan Empu Supo) untuk menyinarkan energy positif dan
menyirnakan energi negative (tahalli, takholli, tajalli) dalam perjalanan
berikutnya proses penghambaan dengan Sholat dan kholwat di Masjid Wali
Kenduren. Masjid tersebut adalah Masjid Pertama peninggalan Eyang Merto dan
Syekh Baladah atau Syekh Baghdad dari Demak ( kerabat dari Ki Ageng
Selo/Moyangnya Raja-Raja Mataram). Dengan Masjid tersebut adalah (tunggak Jati
Pancur) diharapkan sebagai kegiatan untuk mensyiarkan Agama Islam di Kampung
Pancur. Nama kenduren di ambil dari nama desa di Demak tempat tinggalnya Mbah
Kedah (kerabat dari Syekh Baladah) yang pernah singgah di Pancur dalam
pencarian kerabatnya (Syekh Baladah) dan diberi tanah di kampong Pancur yang
diberi nama tanah Kenduren yang dijadikan sebagai tempat untuk Masjid. Di
kenduren sendiri ada tanah yang diberi nama tanah Pancur. Dari sinilah awal
persaudaraan antara warga Pancur dengan warga Kenduren, Mbah Kedah juga
diberi Bende (gong kecil) peninggalan Mbah Ronggo Jiwo yang ada di Kedung
Gambir, bende ini setiap musim kemarau panjang dipinjam warga Pancur untuk
upacara ADUS CENDOL di daerah kali Randobango Pancur, agar pada musim kemarau
diberi hujan. Dalam perjalanan spiritual berikutnya adalah mengingat bahwa hanya
kepada Allah tempat kita mohon perlindungan, pertolongan dan tempat kembali,
berziarah ke Makam Syekh Baladah Kalisawah, Makam Pakis Adji Mbah Abdul Ghoni,
Makam Mbah Eyang Merto dan Mbah KH. Hasan Kafrawi. Mbah Hasan Kafrawi adalah
keturunan dari Sultan Banten dan Pateh Cerbon, yang meneruskan perjuangan Mbah
Syeh Baladah dan Eyang Merto, dalam perjuangannya Mbah Hasanb Kafrawi
(tabarrukan pucak masjid wali kenduren) untuk dijadikan sebagai pucak Masjid di
Tamansari.
hal ini dikuatkan oleh hasil riyadloh Mbah H. Muhadi bahwa kelima tokoh tersebut adalah akal bakal Desa Pancur. Menurut Ky. Masyudi Syekh Baladah, Eyang Merto, dan Empu Supo adalah utusan Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pancur. Syekh Baladah sebagai Imam Masjid Wali, Eyang Merto sebagai muadzin, dan Empu Supo sebagai keamanan.
KONDISI GEOGRAFIS
Berdasarkan letak
geografis, wilayah Desa Pancur berada di sebelah Timur Ibu Kota Kabupaten
Jepara. Desa Pancur merupakan salah satu desa di Kecamatan Mayong, dengan jarak
tempuh ke Ibu Kota Kecamatan 12 Km dan ke Ibu Kota Kabupaten 20 Km serta dapat
ditempuh dengan kendaraan ± 30 menit. Desa ini berbatasan dengan Desa Somosari
di sebelah Utara, Desa Datar dan Desa Ngroto di sebelah Selatan, Desa Bungu dan
Desa bandung di sebelah Timur dan Desa Raguklampitan dan Desa Rajekwesi
di sebelah Barat.

1.a. Batas Wilayah
Batas
|
Desa/Kel
|
Kecamatan
|
Sebelah utara
|
: SOMOSARI
|
: BATEALIT
|
Sebelah selatan
|
: DATAR, NGROTO
|
: WELAHAN
|
Sebelah timur
|
: BUNGU, BANDUNG
|
: NALUMSARI
|
Sebelah barat
|
: RAJEKWESI, RAGUKLAMPITAN
|
: KALINYAMATAN, BATEALIT
|
Luas
lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukkan, dan dapat dikelompokkan ke
dalam beberapa bidang yaitu fasilitas umum, permukiman, pertanian, kegiatan
ekonomi dan lain-lain.
Secara
administratif wilayah Desa Pancur terdiri dari 56 RT dan 11 RW dengan jumlah KK
4090 (peta desa terlampir)
Secara
topografi Desa Pancur merupakan daerah perbukitan. Dengan kondisi topografi
yang demikian Desa Pancur memiliki variasi ketinggian antara 735 m sampai
dengan 746 m dari permukaan laut.
2. Luas wilayah menurut penggunaan
|
|
Luas tanah sawah
|
1,42 Ha
|
Luas tanah kering
|
7,63 Ha
|
Luas tanah basah
|
0,00 Ha
|
Luas tanah perkebunan
|
0,00 Ha
|
Luas fasilitas umum
|
1,83 Ha
|
Luas tanah hutan
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
10,88 Ha
|
TANAH SAWAH
|
|
Sawah irigasi teknis
|
0,76 Ha
|
Sawah irigasi ‘A teknis
|
0,16 Ha
|
Sawah tadah hujan
|
0,50 Ha
|
Sawah pasang surut
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
1,42 Ha
|
TANAH KERING
|
|
Tegal/ladang
|
5,13 Ha
|
Pemukiman
|
2,36 Ha
|
Pekarangan
|
0,14 Ha
|
Total luas
|
7,63 Ha
|
TANAH BASAH
|
|
Tanah rawa
|
0,00 Ha
|
Pasang surut
|
0,00 Ha
|
Lahan gambut
|
0,00 Ha
|
Situ/waduk/danau
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
0,00 Ha
|
TANAH PERKEBUNAN
|
|
Tanah perkebunan rakyat
|
0,00 Ha
|
Tanah perkebunan negara
|
0,00 Ha
|
Tanah perkebunan swasta
|
0,00 Ha
|
Tanah perkebunan perorangan
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
0,00 Ha
|
TANAH FASILITAS UMUM
|
|
Kas Desa/Kelurahan:
|
0,13 Ha
|
a. Tanah bengkok
|
0,13 Ha
|
b. Tanah titi sara
|
0,00 Ha
|
c. Kebun desa
|
0,00 Ha
|
d. Sawah desa
|
0,00 Ha
|
Lapangan olahraga
|
0,12 Ha
|
Perkantoran pemerintah
|
0,15 Ha
|
Ruang publik/taman kota
|
0,00 Ha
|
Tempat pemakaman desa/umum
|
0,34 Ha
|
Tempat pembuangan sampah
|
0,00 Ha
|
Bangunan sekolah/perguruan tinggi
|
0,18 Ha
|
Pertokoan
|
0,00 Ha
|
Fasilitas pasar
|
0,11 Ha
|
Terminal
|
0,00 Ha
|
Jalan
|
0,80 Ha
|
Daerah tangkapan air
|
0,00 Ha
|
Usaha perikanan
|
0,00 Ha
|
Sutet/aliran listrik tegangan
tinggi
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
1,83 Ha
|
TANAH HUTAN
|
|
Hutan lindung
|
0,00 Ha
|
Hutan produksi
|
0,00 Ha
|
a. Hutan produksi tetap
|
0,00 Ha
|
b. Hutan terbatas
|
0,00 Ha
|
Hutan konservasi
|
0,00 Ha
|
Hutan adat
|
0,00 Ha
|
Hutan asli
|
0,00 Ha
|
Hutan sekunder
|
0,00 Ha
|
Hutan buatan
|
0,00 Ha
|
Hutan mangrove
|
0,00 Ha
|
Hutan suaka
|
0,00 Ha
|
a. Suaka alam
|
0,00 Ha
|
b. Suaka margasatwa
|
0,00 Ha
|
Hutan rakyat
|
0,00 Ha
|
Total luas
|
0,00 Ha
|
Curah
hujan
15,00 mm
|
DEMOGRAFI

Berdasarkan
data administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara
administrasi berjumlah 11.639jiwa pada Tahun 2015, menigkat menjadi
11.695 jiwa pada Tahun 2016, naik menjadi 11.723jiwa pada Tahun 2017, dengan
rincian penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5.668jiwa pada Tahun
2015, meningkat menjadi 5.686jiwa pada Tahun 2016dan naik menjadi 5.701 jiwa
pada Tahun 2017, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah
5.971 jiwa pada Tahun 2015, meningkat menjadi 6.009 jiwa pada Tahun 2016 dan
naik menjadi 6.023 jiwa pada Tahun 2017, secara rinci dapat dilihat pada tabel
di bawah ini :
Tabel
1
Perkembangan
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun
2015 – 2017
Jenis
Kelamin
|
Jumlah
Penduduk (Jiwa)
|
||
Tahun
2015
|
Tahun
2016
|
Tahun
2017
|
|
Laki-laki
|
5.668
|
5.971
|
11.639
|
Perempuan
|
5.686
|
6.009
|
11.695
|
Jumlah
|
5.701
|
6.023
|
11.723
|
Agar
dapat mendeskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di
Desa Pancur, maka dilakukan identifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan
pada klasifikasi usia dan jenis kelamin, sehingga akan diperoleh gambaran
tentang kependudukan desa yang lebih komprehensif.
APBDes
Desa Pancur Randubango tahun 2018
PendapatanTranfer
|
Rp 3,047,560,000,-
|
|
Dana Desa
|
Rp 1.592.632.000
|
|
BHPR
|
Rp 54.927.000
|
|
ADD
|
Rp 728.126.000
|
|
Bansus Kabupaten
|
Rp 522.000.000
|
|
Banprov
|
Rp 55.000.000
|
|
Pendapatan Asli Desa
|
Rp. 94.875.00,-
|
Lelang Bondo desa
|
Rp 4.500.000
|
Lelang Bangkok Perangkat Desa
|
Rp 72.375.000
|
Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
|
Rp 18.000.000
|
Belanja
Rp. 2,982,243,000
|
Pembiayaan
Rp. 65,317,000,-
|
Penyelenggaraan
Pemerntah Desa
|
Rp
656,938,000
|
Pembangunan
Desa
|
Rp
1,827,670,500
|
Pembinaan
Kemasyarakatan
|
Rp
140,990,000
|
Pemberdayaan
Kemasyakatan
|
Rp
354,144,500
|
Bidang
tak Terduga
|
Rp
2,500,000
|
Penerimaan
Pembiayaan silpa 2017
|
Rp
4,683,000
|
Pengeluaran
Pembiayaan Penyertaan Modal Desa
|
Rp 70,000,000
|
0 comments:
Post a Comment