Friday, January 11, 2019

Hasil Observasi Tentang Keberadaan Desa Pancur


Nama              : Aldina Nur Rosalinda
NIM                : 181420000268
Matkul            : Pendidikan Kewarganegaraan
Progdi             : Perbankan Syariah
Fakultas          : Syariah dan Hukum
Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara

Map of Pengkol, Jepara Sub-District, Jepara Regency, Central Java


SEJARAH DESA
Desa Pancur adalah salah satu desa di kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara. sendiri mempunyai sejarah yang luar biasa, asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618-906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas.

Menurut seorang penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90-100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga.
Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara.Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin suami. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadirin oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja.Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar NIMAS RATU KALINYAMAT.Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549-1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani eksport import.Disamping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan.Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai “RAINHA DE JEPARA”SENORA DE RICA”, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hamper 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat.
Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai “QUILIMO”.
Walaupun akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka, namun telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis di abad 16 itu.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang di sebut sebagai Makam Tentara Jawa.Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan SENI UKIR yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina.
Menurut catatan sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala TRUS KARYA TATANING BUMI atau terus bekerja keras membangun daerah.
Pancur sebagai bagian dari wilayah Jepara, menurut catatan para sesepuh desa Pancur, asal nama Pancur sendiri berasal dari perkataan Sendang Pancuran s. Sendang Pancuran mulai dikenal sejak Empu Supo (murid Sunan Kalijaga) singgah di kampung Pancur Suwang (Rt 35/07) untuk menempa senjata tentara Demak ketika terjadi geger perebutan tahta Kerajaan Demak pada tahun 1549 M. sebagai nama tempat berwudlu setiap Empu  Supo akan menempa keris, dan tempat istirahat tentara Demak, menurut Raden….. yang mendapat mandat dari….
Sebagai penguasa untuk wilayah Jepara, Demak, Kudus, dan Pati.Mendapat tugas untuk mencari Sendang Pengasihan, setelah mengadakan penelusuran Sendang Pancuran inilah yang dimaksud dengan Sendang Pengasihan. Di Sendang ini Empu Supo bersuci dan bersujud, Sendang tersebut juga menjadi tempat istirahat tentara Demak  dan LEMAH DUWUR (sebelah Sendang) dijadikan sebagai tempat untuk menempa senjata Dari sinilah nama Pancoran kemudian menjadi nama Desa Pancur. Untuk menjaga tentara dan warga dari serangan musuh, jalan menuju Sendang diberi Azimat agar musuh menjadi luluh, tempat tersebut terkenal dengan  nama Kali wuluh, kemudian di utara Kali wuluh (perbatasan antara desa Raguklampitan dengan Pancur) di beri Azimat oleh Empu Supo untuk menangkal musuh, tempat tersebut diberi nama Kali Panean dari kata mani’ dalam bahasa arab artinya mencegah/menangkal.
Dalam lintasan sejarah, desa Pancur telah mengalami perkembangan yang luar biasa. Menurut penuturan warga, kampong (baca: desa) ini dulunya termasuk desa yang kramat dan setiap orang yang tinggal selalu meninggal, akhirnya Syekh Subakir  mengutus  Mbah Ronggo Jiwo disertai dengan Nyai Ratu Gondo Sari dan Nyai Ratu Dewi Seruni Mbah Ronggo Jiwo dimakamkan di Makamdo’a,  Dewi Ayu  Seruni dimakamkan di Kali Totok dan Nyai Ratu Gondo Sari  dimakamkan di Kedung Gambir.
Dalam lintasan perjalanan  menuju kampong Pancur, bagi orang yang tidak baik akan luluh dan di tangkal di Kali Panean, dalam perjalanan spiritual menuju hidup yang lebih baik jiwa harus ditotokke (dengan cara bertaubat) dalam perjalanan spiritual berikutnya  ke Makam Do’a orang harus senantiyasa berdzikir, berdo’a dan senantiyasa berharap kepada Allah SWT, perjalanan berikutnya  menuju Kedung Gambir, Kedung Gambir sendiri mengandung filosofi “orang kalau ingin kaya, alim harus gambir/pahit atau prihatin, riyadloh dulu”.  Dalam menuju kebersihan jiwa/hati bersuci di Sendang (tabarrukan di petilasan Empu Supo) untuk menyinarkan energy positif dan menyirnakan energi negative (tahalli, takholli, tajalli) dalam perjalanan berikutnya proses penghambaan dengan Sholat dan kholwat di Masjid Wali Kenduren. Masjid tersebut adalah Masjid Pertama peninggalan Eyang Merto dan Syekh Baladah atau Syekh Baghdad dari Demak ( kerabat dari Ki Ageng Selo/Moyangnya Raja-Raja Mataram). Dengan Masjid tersebut adalah (tunggak Jati Pancur) diharapkan sebagai kegiatan untuk mensyiarkan Agama Islam di Kampung Pancur. Nama kenduren di ambil dari nama desa di Demak tempat tinggalnya Mbah Kedah (kerabat dari Syekh Baladah) yang pernah singgah di Pancur dalam pencarian kerabatnya (Syekh Baladah) dan diberi tanah di kampong Pancur yang diberi nama tanah Kenduren yang dijadikan sebagai tempat untuk Masjid. Di kenduren sendiri ada tanah yang diberi nama tanah Pancur. Dari sinilah awal persaudaraan antara  warga Pancur dengan warga Kenduren, Mbah Kedah juga diberi Bende (gong kecil) peninggalan Mbah Ronggo Jiwo yang ada di Kedung Gambir, bende ini setiap musim kemarau panjang dipinjam warga Pancur untuk upacara ADUS CENDOL di daerah kali Randobango Pancur, agar pada musim kemarau diberi hujan. Dalam perjalanan spiritual berikutnya adalah mengingat bahwa hanya kepada Allah tempat kita mohon perlindungan, pertolongan dan tempat kembali, berziarah ke Makam Syekh Baladah Kalisawah, Makam Pakis Adji Mbah Abdul Ghoni, Makam Mbah Eyang Merto dan Mbah KH. Hasan Kafrawi. Mbah Hasan Kafrawi adalah keturunan dari Sultan Banten dan Pateh Cerbon, yang meneruskan perjuangan Mbah Syeh Baladah dan Eyang Merto, dalam perjuangannya Mbah Hasanb Kafrawi (tabarrukan pucak masjid wali kenduren) untuk dijadikan sebagai pucak Masjid di Tamansari.

hal ini dikuatkan oleh hasil riyadloh Mbah H. Muhadi bahwa kelima tokoh tersebut adalah akal bakal Desa Pancur. Menurut Ky. Masyudi Syekh Baladah, Eyang Merto, dan Empu Supo adalah utusan Sunan Kalijaga, untuk menyebarkan agama Islam di Desa Pancur. Syekh Baladah sebagai Imam Masjid Wali, Eyang Merto sebagai muadzin, dan Empu Supo sebagai keamanan.
KONDISI GEOGRAFIS
Berdasarkan letak geografis, wilayah Desa Pancur berada di sebelah Timur Ibu Kota Kabupaten Jepara. Desa Pancur merupakan salah satu desa di Kecamatan Mayong, dengan jarak tempuh ke Ibu Kota Kecamatan 12 Km dan ke Ibu Kota Kabupaten 20 Km serta dapat ditempuh dengan kendaraan ± 30 menit. Desa ini berbatasan dengan Desa Somosari di sebelah Utara, Desa Datar dan Desa Ngroto di sebelah Selatan, Desa Bungu dan Desa bandung  di sebelah Timur dan Desa Raguklampitan dan Desa Rajekwesi di sebelah Barat.




1.a. Batas Wilayah
Batas
Desa/Kel
Kecamatan
Sebelah utara
: SOMOSARI
: BATEALIT
Sebelah selatan
: DATAR, NGROTO
: WELAHAN
Sebelah timur
: BUNGU, BANDUNG
: NALUMSARI
Sebelah barat
: RAJEKWESI, RAGUKLAMPITAN
: KALINYAMATAN, BATEALIT


Luas lahan yang ada terbagi dalam beberapa peruntukkan, dan dapat dikelompokkan ke dalam beberapa bidang yaitu fasilitas umum, permukiman, pertanian, kegiatan ekonomi dan lain-lain.
Secara administratif wilayah Desa Pancur terdiri dari 56 RT dan 11 RW dengan jumlah KK 4090 (peta desa terlampir)
Secara topografi Desa Pancur merupakan daerah perbukitan. Dengan kondisi topografi yang demikian Desa Pancur memiliki variasi ketinggian antara 735 m sampai dengan 746 m dari permukaan laut.
2. Luas wilayah menurut penggunaan
Luas tanah sawah
1,42 Ha
Luas tanah kering
7,63 Ha
Luas tanah basah
0,00 Ha
Luas tanah perkebunan
0,00 Ha
Luas fasilitas umum
1,83 Ha
Luas tanah hutan
0,00 Ha
Total luas
10,88 Ha

TANAH SAWAH

Sawah irigasi teknis
0,76 Ha
Sawah irigasi ‘A teknis
0,16 Ha
Sawah tadah hujan
0,50 Ha
Sawah pasang surut
0,00 Ha
Total luas
1,42 Ha


TANAH KERING

Tegal/ladang
5,13 Ha
Pemukiman
2,36 Ha
Pekarangan
0,14 Ha
Total luas
7,63 Ha





TANAH BASAH

Tanah rawa
0,00 Ha
Pasang surut
0,00 Ha
Lahan gambut
0,00 Ha
Situ/waduk/danau
0,00 Ha
Total luas
0,00 Ha


TANAH PERKEBUNAN

Tanah perkebunan rakyat
0,00 Ha
Tanah perkebunan negara
0,00 Ha
Tanah perkebunan swasta
0,00 Ha
Tanah perkebunan perorangan
0,00 Ha
Total luas
0,00 Ha


TANAH FASILITAS UMUM

Kas Desa/Kelurahan:
0,13 Ha
a. Tanah bengkok
0,13 Ha
b. Tanah titi sara
0,00 Ha
c. Kebun desa
0,00 Ha
d. Sawah desa
0,00 Ha
Lapangan olahraga
0,12 Ha
Perkantoran pemerintah
0,15 Ha
Ruang publik/taman kota
0,00 Ha
Tempat pemakaman desa/umum
0,34 Ha
Tempat pembuangan sampah
0,00 Ha
Bangunan sekolah/perguruan tinggi
0,18 Ha
Pertokoan
0,00 Ha
Fasilitas pasar
0,11 Ha
Terminal
0,00 Ha
Jalan
0,80 Ha
Daerah tangkapan air
0,00 Ha
Usaha perikanan
0,00 Ha
Sutet/aliran listrik tegangan tinggi
0,00 Ha
Total luas
1,83 Ha


TANAH HUTAN

Hutan lindung
0,00 Ha
Hutan produksi
0,00 Ha
a. Hutan produksi tetap
0,00 Ha
b. Hutan terbatas
0,00 Ha
Hutan konservasi
0,00 Ha
Hutan adat
0,00 Ha
Hutan asli
0,00 Ha
Hutan sekunder
0,00 Ha
Hutan buatan
0,00 Ha
Hutan mangrove
0,00 Ha
Hutan suaka
0,00 Ha
a. Suaka alam
0,00 Ha
b. Suaka margasatwa
0,00 Ha
Hutan rakyat
0,00 Ha
Total luas
0,00 Ha



3. Iklim
Curah hujan                                                                                                                                                                  15,00 mm
DEMOGRAFI
http://pancur.desa.id/wp-content/uploads/sites/224/2018/08/bonus.jpg
Berdasarkan data administrasi Pemerintahan Desa, jumlah penduduk yang tercatat secara administrasi berjumlah 11.639jiwa pada Tahun 2015, menigkat menjadi  11.695 jiwa pada Tahun 2016, naik menjadi 11.723jiwa pada Tahun 2017, dengan rincian penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 5.668jiwa pada Tahun 2015, meningkat menjadi 5.686jiwa pada Tahun 2016dan naik menjadi 5.701 jiwa pada Tahun 2017, sedangkan penduduk yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 5.971 jiwa pada Tahun 2015, meningkat menjadi 6.009 jiwa pada Tahun 2016 dan naik menjadi 6.023 jiwa pada Tahun 2017, secara rinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1
Perkembangan Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun 2015 – 2017
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Tahun 2015
Tahun 2016
Tahun 2017
Laki-laki
5.668
5.971
11.639
Perempuan
5.686
6.009
11.695
Jumlah
5.701
6.023
11.723

Agar dapat mendeskripsikan lebih lengkap tentang informasi keadaan kependudukan di Desa Pancur, maka dilakukan identifikasi jumlah penduduk dengan menitikberatkan pada klasifikasi usia dan jenis kelamin, sehingga akan diperoleh gambaran tentang kependudukan desa yang lebih komprehensif.







APBDes Desa Pancur Randubango tahun 2018


PendapatanTranfer
Rp 3,047,560,000,-
Dana Desa
Rp 1.592.632.000
BHPR
Rp  54.927.000
ADD
Rp  728.126.000
Bansus Kabupaten
Rp  522.000.000
Banprov
Rp 55.000.000
Pendapatan Asli Desa
Rp. 94.875.00,-
Lelang Bondo desa
Rp 4.500.000
Lelang Bangkok Perangkat Desa
Rp 72.375.000
Swadaya, Partisipasi dan Gotong Royong
Rp 18.000.000
















Belanja Rp. 2,982,243,000
Pembiayaan Rp. 65,317,000,-
Penyelenggaraan Pemerntah Desa
Rp 656,938,000
Pembangunan Desa
Rp 1,827,670,500
Pembinaan Kemasyarakatan
Rp 140,990,000
Pemberdayaan Kemasyakatan
Rp 354,144,500
Bidang tak Terduga
Rp 2,500,000
Penerimaan Pembiayaan silpa 2017
Rp 4,683,000
Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal Desa
                             Rp 70,000,000
           

0 comments:

Post a Comment