Nama : Yohana Safitri
NIM : 181420000229
Matkul : Pendidikan Kewarganegaraan
Progdi : Perbankan Syariah
Fakultas : Syariah dan Hukum
Universitas
Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara
Sejarah
asal usul nama desa rajekwesi berasal dari
nama seorang terpandang yaitu ki ageng rajekwesi. dahulu di jawa tengah
tepatnya di daerah kudus, banyak tokoh-tokoh besar yang sakti mandraguna.
diantaranya tentulah sunan kudus, seorang wali besar yang menjadi salah seorang
anggota dewan dakwa walisongo. disamping itu ada juga orang sakti lainnya yaitu
ki ageng kedungsari dia adalah warga terpandang di daerah gebong yang sekarang
berada di kabupaten kudus. ia pun berbahagia dengan seorang anak lelaki yang
tampan. setelah menyaksikan anaknya itu dewasa, berniatlah ki ageng untuk
menikahkannya. akan tetapi, anaknya sendiri mengakui belum memiliki pilihan
hati. oleh karena itu, ki ageng kedungsari meminta bantuan sanak kerabatnya
untuk mencari seorang gadis yang kelak pantas mendampingi anaknya. beberapa
waktu kemudian, ki ageng mendapat kabar bahwa ki ageng rajekwesi di daerah
jepara memiliki seorang gadis yang cantik jelita. rencana berkunjung dan
melamar ke jepara segera di persiapkan bersama seluruh kerabat yang semuanya
adalah orang-orang terpandang. dalam lubuk hati ki ageng kedungsari, bersemilar
harapan yang indah karena merasa orang yang kaya dan terhormat.
“berangkatlah dengan segala kewibawaan agar
tidak dipermalukan orang,” ujar ki ageng kedungsari kepada sanak kerabatnya
yang sudah berkemas melaksanakan tugas melamar. tentu saja ucapan itu di sambut
dengan senyum kebanggaan.
“percayalah, kami akan menjadi utusan yang
terbaik dari kedungsari. siapa yang belum mendengar kewibawaan ki ageng?
bodohlah orang yang menolak lamarannya.” ucapan itu muncul dari seorang
pendekar yang akan bertugas menjaga rombongan dari kejahatan selama perjalanan.
sambutan ki ageng rajekwesi di jepara terhadap utusan ki ageng kedungsari
sangat menyenangkan. jamuan makan dan minum terus mengalir diiringi tarian dan
gamelan yang meriah sehingga cepat hilangkan segala keletihan rombongan yang
telah menempuh perjalanan yang jauh.
setelah beramah-tamah secukupnya maka
disampaikanlah kehendak ki ageng kedungsari untuk melamar putri ki ageng
rajekwesi bagi anak lelakinya yang tunggal. dikatakan pula bahwa keinginan apa
pun dari gadis itu akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
mendengar lamaran itu, tersenyumlah ki ageng
rajekwesi. kemudian, ia berkata dengan lembutnya, ”ki sanak, terima kasih atas
pilihan ki ageng kedungsari terhadap putri kami yang masih bocah. tetapi,
ketahuilah sudah banyak orang yang melamarnya. namun, sampai saat ini putriku
sendiri masih belum menentapkan pilihannya. yang kudengar, dia sanggup dilamar
siapa pun jika mas kawinnya seekor gajah. nah, sudikah ki sanak menyampaikannya
kepada ki ageng kedungsari.” kalimat itu diterima ketua rombongan dengan senyu
lega karena teringatlah pada seekor gajah kesayangan ki ageng kedungsari.
kemudian, bergegaslah mereka berpamitan kembali ke kudus. konon, ki ageng
kedungsari sudah menunggu-nugu hasil utusannya dengan harapan yang indah.
akan tetapi, terkejutlah hatinya mendengar
persyaratan mas kawin seekor gajah. lama dia pun menimbang-nimbang dan akhirnya
mengabulkan permintaan calon menantunya. jadi, kasih sayangnya terhadap anak
mampu mengalahkan kesenangannya sendiri.
kemudian, tersiarlah kabar dari mulut kemulut
penduduk tentang rencana lamaran ki ageng kedungsari yang telah merelakan
seekor gajah kesayangannya sebagai mas kawin.
kabar itupun terdengar oleh ki ageng menawan
yang merasa hiri hatinya membayangkan keberhasilan ki ageng kedungsari. dalam
hatinya tumbuh niat yang jahat hendak menggagalkan rencana itu, bahkan ingin
merampas gajah ki ageng kedungsari untuk dirinya sendiri. pikirnya, “kalau aku
memiliki gajah itu pastilah menjadi orang terpandang. dan sekarang saat yang
tepat.”
bergegaslah orang itu bersekongkol dengan
sahabatnya yang terkenal dengan sebutan ki watu gede. dengan semangat yang
berkobar-kobar berujarlah dia kepada sahabatnya, “kelak utusan ki ageng
kedungsari pasti melewati daerahmu, membawa harta benda yang mahal-mahal dan
menuntun seekor gajah untuk mas kawin putri rajekwesi. jangan sia-siakan
kesempatan itu, dan rampasannya dibagi dua. ki watu gede boleh memiliki seluruh
harta benda yang terbawa, sedangkan aku sendiri hanya ingin memiliki gajahnya.
setuju, bukan?"
mendengar tawaran itu tertawalah ki watu gede
sambil berjanji hendak bekerja sama dengan sebaik-baiknya. namun, di dalam
hatinya terbit juga keinginan untuk memiliki sendiri gajah itu agar kelak
menjadi orang yang terpandang.
tidak lama kemudian, rombongan dari kedungsari
telah memasuki wilayah kekuasaan ki watu gede. mereka baru menempuh setengah
perjalanan untuk mencapai daerah jepara.
seluruh anggota rombongan itu makin
meningkatkan kewspadaan karena sadar telah berada di luar wilayah sendiri.
mereka sudah berpikir bahwa setiap saat bisa terjadi perampokan terhadap harta
bendanya. ternyata musibah itu harus dihadapinya. pada saat bermalam, datanglah
ki watu gede dan ki menawan yang bermaksud untuk merampas harta benda dan
gajahnya. tentu saja permintaan itu ditolak mentah-mentah sehingga terjadilah
perkelahian yang seru selama berhari-hari. kedua pihak menguras kesaktiannya,
jatuh-bangun dan kalah-menang silih berganti sehingga menjadi kabar yang
tersiar luas di kalangan penduduk sampai terdengar oleh ki ageng kedungsari.
perkelahian semakin seru dengan datangnya ki
ageng kedungsari yang terbakar hatinya. namun, sampai sekian hari kemudian tak
seorangpun yang terkalahkan.
akhirnya, tercapailah perundingan untuk
membagi gajah it menjadi tiga bagian. ki menawa memilki kepalanya, ki ageng
kedungsari membawa pulang gembung atau tubuhnya, dan ki watu gede berhak atas
pantat dan ekornya.
dari peristiwa itu kelak berkembanglah
kepercayaan bahwa keturunan ki menawa adalah orang-orang yang pemberani,
keturunan ki ageng kedungsari ditakdirkan banyak rezekinya, dan keturunan ki
watu gede dikodratkan selalu kesulitan mencari kehidupan yang layak. sekarang
orang pun dapat menyaksikan ketiga bagian gajah itu sebagai batu-batu yang
besar, yaitu di desa kedungsari dan desa menawan di wilayah kecamatan gebong,
kabupaten kudus. satu bagian lagi terdapat di desa watu gede kecamatan mayong,
kabupaten jepara.
tokoh
·
ki ageng rajekwesi
Geografis
Desa ini berbatasan dengan Raguklampitan di
sebelah utara, Geneng dan Raguklampitan di
sebelah barat, Pancur di
sebelah timur, Damarjati di
sebelah selatan.
nama-nama petinggi desa rajekwesi dari pertama sampai
sekarang:
1. Bpk Madenur
2. Bpk Abu Kholil
3. Bpk Syukur
4. Bpk Suroso
5. Bpk Nardi
6. Bpk Legimin
Data APBDES desa rajekwesi tahun 2018:
PENDAPATAN RP 2.051.804.000
Pendapatan asli
desa
|
Rp 305.000.000
|
Dana desa
|
Rp 1.118.050.000
|
BHPR
|
Rp 411.190.00
|
Alokasi Dana Desa
|
Rp 532.635.000
|
Bantuan Provinsi
|
Rp 55.000.000
|
Belanja Rp 2.064.554.000
BIDANG
PENYELENGGARAAN PEMDES
|
Rp
721.154.000 34,93%
|
BIDANG PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN DESA
|
Rp
1.124.157.000 54,45%
|
BIDANG PEMBINAAN
KEMASYARAKATAN
|
Rp 58.350.000 2,83%
|
BIDANG
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
|
Rp 160.893.000
|
RAJEKWESI
|
|
59465
|
|
Luas
|
315 km²
|
Jumlah
penduduk
|
1.173 jiwa
|
Jenis
Kelamin
|
Jumlah Penduduk (Jiwa)
|
0 comments:
Post a Comment