Friday, January 11, 2019

Hasil Observasi Tentang Keberadaan Desa Rajekwesi




Nama              : Yohana Safitri
NIM                : 181420000229
Matkul            : Pendidikan Kewarganegaraan
Progdi             : Perbankan Syariah
Fakultas          : Syariah dan Hukum
Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ Jepara

Sejarah     
asal usul nama desa rajekwesi berasal dari nama seorang terpandang yaitu ki ageng rajekwesi. dahulu di jawa tengah tepatnya di daerah kudus, banyak tokoh-tokoh besar yang sakti mandraguna. diantaranya tentulah sunan kudus, seorang wali besar yang menjadi salah seorang anggota dewan dakwa walisongo. disamping itu ada juga orang sakti lainnya yaitu ki ageng kedungsari dia adalah warga terpandang di daerah gebong yang sekarang berada di kabupaten kudus. ia pun berbahagia dengan seorang anak lelaki yang tampan. setelah menyaksikan anaknya itu dewasa, berniatlah ki ageng untuk menikahkannya. akan tetapi, anaknya sendiri mengakui belum memiliki pilihan hati. oleh karena itu, ki ageng kedungsari meminta bantuan sanak kerabatnya untuk mencari seorang gadis yang kelak pantas mendampingi anaknya. beberapa waktu kemudian, ki ageng mendapat kabar bahwa ki ageng rajekwesi di daerah jepara memiliki seorang gadis yang cantik jelita. rencana berkunjung dan melamar ke jepara segera di persiapkan bersama seluruh kerabat yang semuanya adalah orang-orang terpandang. dalam lubuk hati ki ageng kedungsari, bersemilar harapan yang indah karena merasa orang yang kaya dan terhormat.
“berangkatlah dengan segala kewibawaan agar tidak dipermalukan orang,” ujar ki ageng kedungsari kepada sanak kerabatnya yang sudah berkemas melaksanakan tugas melamar. tentu saja ucapan itu di sambut dengan senyum kebanggaan.
“percayalah, kami akan menjadi utusan yang terbaik dari kedungsari. siapa yang belum mendengar kewibawaan ki ageng? bodohlah orang yang menolak lamarannya.” ucapan itu muncul dari seorang pendekar yang akan bertugas menjaga rombongan dari kejahatan selama perjalanan. sambutan ki ageng rajekwesi di jepara terhadap utusan ki ageng kedungsari sangat menyenangkan. jamuan makan dan minum terus mengalir diiringi tarian dan gamelan yang meriah sehingga cepat hilangkan segala keletihan rombongan yang telah menempuh perjalanan yang jauh.
setelah beramah-tamah secukupnya maka disampaikanlah kehendak ki ageng kedungsari untuk melamar putri ki ageng rajekwesi bagi anak lelakinya yang tunggal. dikatakan pula bahwa keinginan apa pun dari gadis itu akan terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
mendengar lamaran itu, tersenyumlah ki ageng rajekwesi. kemudian, ia berkata dengan lembutnya, ”ki sanak, terima kasih atas pilihan ki ageng kedungsari terhadap putri kami yang masih bocah. tetapi, ketahuilah sudah banyak orang yang melamarnya. namun, sampai saat ini putriku sendiri masih belum menentapkan pilihannya. yang kudengar, dia sanggup dilamar siapa pun jika mas kawinnya seekor gajah. nah, sudikah ki sanak menyampaikannya kepada ki ageng kedungsari.” kalimat itu diterima ketua rombongan dengan senyu lega karena teringatlah pada seekor gajah kesayangan ki ageng kedungsari. kemudian, bergegaslah mereka berpamitan kembali ke kudus. konon, ki ageng kedungsari sudah menunggu-nugu hasil utusannya dengan harapan yang indah.
akan tetapi, terkejutlah hatinya mendengar persyaratan mas kawin seekor gajah. lama dia pun menimbang-nimbang dan akhirnya mengabulkan permintaan calon menantunya. jadi, kasih sayangnya terhadap anak mampu mengalahkan kesenangannya sendiri.
kemudian, tersiarlah kabar dari mulut kemulut penduduk tentang rencana lamaran ki ageng kedungsari yang telah merelakan seekor gajah kesayangannya sebagai mas kawin.
kabar itupun terdengar oleh ki ageng menawan yang merasa hiri hatinya membayangkan keberhasilan ki ageng kedungsari. dalam hatinya tumbuh niat yang jahat hendak menggagalkan rencana itu, bahkan ingin merampas gajah ki ageng kedungsari untuk dirinya sendiri. pikirnya, “kalau aku memiliki gajah itu pastilah menjadi orang terpandang. dan sekarang saat yang tepat.”
bergegaslah orang itu bersekongkol dengan sahabatnya yang terkenal dengan sebutan ki watu gede. dengan semangat yang berkobar-kobar berujarlah dia kepada sahabatnya, “kelak utusan ki ageng kedungsari pasti melewati daerahmu, membawa harta benda yang mahal-mahal dan menuntun seekor gajah untuk mas kawin putri rajekwesi. jangan sia-siakan kesempatan itu, dan rampasannya dibagi dua. ki watu gede boleh memiliki seluruh harta benda yang terbawa, sedangkan aku sendiri hanya ingin memiliki gajahnya. setuju, bukan?"
mendengar tawaran itu tertawalah ki watu gede sambil berjanji hendak bekerja sama dengan sebaik-baiknya. namun, di dalam hatinya terbit juga keinginan untuk memiliki sendiri gajah itu agar kelak menjadi orang yang terpandang.
tidak lama kemudian, rombongan dari kedungsari telah memasuki wilayah kekuasaan ki watu gede. mereka baru menempuh setengah perjalanan untuk mencapai daerah jepara.
seluruh anggota rombongan itu makin meningkatkan kewspadaan karena sadar telah berada di luar wilayah sendiri. mereka sudah berpikir bahwa setiap saat bisa terjadi perampokan terhadap harta bendanya. ternyata musibah itu harus dihadapinya. pada saat bermalam, datanglah ki watu gede dan ki menawan yang bermaksud untuk merampas harta benda dan gajahnya. tentu saja permintaan itu ditolak mentah-mentah sehingga terjadilah perkelahian yang seru selama berhari-hari. kedua pihak menguras kesaktiannya, jatuh-bangun dan kalah-menang silih berganti sehingga menjadi kabar yang tersiar luas di kalangan penduduk sampai terdengar oleh ki ageng kedungsari.
perkelahian semakin seru dengan datangnya ki ageng kedungsari yang terbakar hatinya. namun, sampai sekian hari kemudian tak seorangpun yang terkalahkan.
akhirnya, tercapailah perundingan untuk membagi gajah it menjadi tiga bagian. ki menawa memilki kepalanya, ki ageng kedungsari membawa pulang gembung atau tubuhnya, dan ki watu gede berhak atas pantat dan ekornya.
dari peristiwa itu kelak berkembanglah kepercayaan bahwa keturunan ki menawa adalah orang-orang yang pemberani, keturunan ki ageng kedungsari ditakdirkan banyak rezekinya, dan keturunan ki watu gede dikodratkan selalu kesulitan mencari kehidupan yang layak. sekarang orang pun dapat menyaksikan ketiga bagian gajah itu sebagai batu-batu yang besar, yaitu di desa kedungsari dan desa menawan di wilayah kecamatan gebong, kabupaten kudus. satu bagian lagi terdapat di desa watu gede kecamatan mayong, kabupaten jepara.
tokoh
·       ki ageng rajekwesi






Geografis
Desa ini berbatasan dengan Raguklampitan di sebelah utara, Geneng dan Raguklampitan di sebelah barat, Pancur di sebelah timur, Damarjati di sebelah selatan.

 Peta Rajekwesi, Mayong, Jepara



nama-nama petinggi desa rajekwesi dari pertama sampai sekarang:
1.    Bpk Madenur
2.    Bpk Abu Kholil
3.    Bpk Syukur
4.    Bpk Suroso
5.    Bpk Nardi
6.    Bpk Legimin

Data APBDES desa rajekwesi tahun 2018:


   
PENDAPATAN RP 2.051.804.000
Pendapatan asli desa
Rp 305.000.000
Dana desa
Rp 1.118.050.000
BHPR
Rp 411.190.00
Alokasi Dana Desa
Rp 532.635.000
Bantuan Provinsi
Rp 55.000.000

Belanja Rp 2.064.554.000
BIDANG PENYELENGGARAAN PEMDES
Rp 721.154.000                      34,93%
BIDANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA
Rp 1.124.157.000                   54,45%
BIDANG PEMBINAAN KEMASYARAKATAN
Rp 58.350.000                         2,83%
BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Rp 160.893.000


RAJEKWESI
59465
Luas
315  km²
Jumlah penduduk
1.173 jiwa
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)


0 comments:

Post a Comment