Friday, January 11, 2019

Hasil Observasi Terhadap Model Dakwah Sunan Muria Di Desa Colo Kabupaten Kudus




Dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja
Dosen Pengampu : bpk. Wahidullah, S.H.I,M.H
Disusun oleh,
Nama :
1.Asrofil Anam                             : 181420000250
2. Lilis Puji Lestari                        : 181420000263
3. Nor Ahmad Wiji Santoso           : 181420000255
4.Yuni Yusril Hana                       : 181420000257
5.Titin Wakhidah                          : 181420000263
6.Vivi Febriani                              : 181420000265
7. Alfina Nur Rosalinda                 : 181420000268
8. Anisa Haniyah                          : 181420000271
9. Alifia Rosyada                          : 181420000275

Mahasiswa Perbankan Syariah Fakultas dan Hukum






1.Silsilah Sunan Muria
          Silsilah Sunan Muria mulai dari keturunan Nabi Muhammad SAW.


Hubungan antara Sunan Muria dengan Sunan Ampel adalah hubungan langsung. Sunan Muria berasal dari saudara Sunan Ampel yang bernama Raden Santri alias Rojo Pandito alias Ali Murtadlo. 
2. Strategi dakwah yang dilakukan oleh sunan Muria
Sunan Muria termasuk wali yang menjadi kiblat masyarakat dalam berinterksi sosial. Ia tak hanya menjadi seorang guru dalam bidang agama, tetapi sekaligus sebagai pemimpin. Dalam hal memimpin Sunan Muria memberikan keteladanan yang sampai sekarang masih di laksanakan .
     Sunan Muria mengajarkan untuk saling tolong menolong dan gotong royong . seruanya yang terkenal yaitu pagerana omahmu kanti mangkok . sampai sekarang masyarakat Muria dan sekitarnya tetap melaksanakan ajaran bersedekah dari falsafah yang di ajarkan sunan Muria. Tidak hanya itu sunan Muria sangat perhatian dalam menyampaikan ajaran melalui kesenian . ia menciptakan tembang sinom dan kinanthi. Tembangnya yang popular di lantunkan dalang pada zaman sekarang adalah sinom Parijoto . Parijoto adalah nama tumbuhan yang hidup di lereng Muria . ia juga menggunakan pagelaran wayang kulit seperti sunan kaliJaga,  sebagai media dakwah. Sunan Muria memiliki gaya yang moderat ia mengikuti gaya sunan kalijaga yaitu berdakwah dengan memasukkan ajaran agama lewat berbagai tradisi kebudayaan jawa . misalnya adat kenduri yang telah ada pada masyarakat di hari hari tertentu setelah kematian anggota keluarga , seperti nelung dino, matangpuloh , yatus , nyewu tidak di harapkan . akan tetapi , isi acara tersebut dimasuki dengan nilai  nilai ajaran islam , tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran islam , seperti membakar kemenyan, membaca mantra ,atau menyuguhkan sesaji yang di tujukan kepada roh yang meninggal diganti dengan doa sholawat dan shodaqoh .
     Dalam berdakwah sunan Muria menggunkan media kesenian jawa , seperti macapat lagu sinom dan kinanthi , yang dipercayai sebagai karya ciptaanya itu. Penggunaan seni sebagai media dakwah memang sering di nisbatkan kepada walisongo . Sunan Muria juga menciptakan pangkur yang berarti yang berarti pembirat atau pembasmi hati yang jahat .
Sunan Muria berdakwah melalui kehidupan masyarakat yang nyata . ia berdakwah kepada masyarakat petani , Nelayan, Kaum buruh, dengan menggunakan sarana dakwah yang popular di masyarakat seperti gamelan . jadi , sunan Muria melakukan dakwah engan berinteraksi langsung ke masyarakat .
          Sunan Muria tidak banyak di rekam dalam tradisi Babad dalam konteks perpolitikan . hal tersebut mengindikasikan bahwa ia lebih banyak terlibat dengan dakwah kepada masyarakat . ia lebih banyak berdakwah jauh dari keraton demak, menyepi dan bergaul dengan masyarakat.
          Sebagai salah seorang anggota walisongo ia juga sangat berperan dalam membangun kerajaan demak. Ia merupakan salah satu pendiri dan penyokong yang setia. Bahkan karena wataknya yang halus dan ramah serta berfikiran luas, ia sering diminta berbagai masalah. Konon betapa pun rumitnya masalah itu, suan muria mampu mendirikan jalan yang terbaik. Ia juga sering diminta menjadi penengah berbagai konflik. Termasuk konflik internal dikesultanan demak (1518-1530). Sebagaimana tertulis dalam sejarah, sepeninggal Raden Fatah, Kesultanan Demak menjadi geger karena banyak yang memperebutkan tahta kerajaan tersebut. Tercatat, sekitar empat kali demak mengalami pergantian pemimpin. Hebatnya solusi pemecahan yang ditawarkan Sunan Muria selalu diterima oleh pihak yang berseteru.
          Pola pendekatan dakwah sunan muria tidak jauh berbeda dengan Sunan Kalijaga. Pertama, pola pendekatan dakwah yang digunakan Sunan Muria melalui cara berinteraksi langsung dengan masayrakat, baik masyarakat kalangan petani,nelayan,pedagang maupun buruh. Kedua, dalam rangka berdakwah Sunan Muria juga menggunakan media kesenian dan sastra dengan menggunakan alat gamelan sebagai media dakwah, mengarang tembang macapat, pangkur, berbeda dengan yang selama ini dipahami bahwa beliau mengarang sinom dan kinanti. Ketiga, pendekatan tasawuf atau sufistik juga dilakukan oleh Sunan Muria, yaitu dengan mengajarkan penataan hati untuk mencapai ridho Allah, melalui pengalaman bacaan-bacaan wirid dan zikir.
Hikmah dakwah sunan Muria
Hasil dari kerja keras sunan Muria dalam berdakwah dilihat dari mayoritas penduduk di wilayah dakwahnya menjadi pemeluk islam . para pemeluk islam baru kemudian di bina secara terus menerus melalui pembinaan agama di wilayahnya masing masing . oleh karena itu di beberapa tempat di dirikanlah masjid dan musholla , selain sebagai tempat ibadah juga sebagai tempat pembinaan keagamaan seperti pengajian . bagi pemuda yang ingin memperdalam Ilmu agama , sunan Muria mengajar di masjid dekat dengan tempat tinggalnya di desa Colo . oleh karena itu sunan Muria juga memiliki sejumlah santri yang kelak bisa menggantikan dan meneruskan perjuangan dalam berdakwah di tempat kediaman mereka masing masing . diantara murid murid disebutkan dalam cerita rakyat adalah Raden Bagus rinangku.
          Masjid yang digunakan sunan Muria sebagai tempat pembinaan berada di samping makamnya sekarang. Mulai tahun 1998 M . telah dilakukan renovasi masjid lanjutan oleh pengurus masjid dan makam sunan Muria selain di perluas juga di perkuat bangunanya dengan konstruksi beton , sehingga menjadi megah dan indah. Selain masjid di sediakan aula untuk tempat pertemuan, yang juga di gunakan sebagai tempat pengajian . kantor pengurus makam juga tersedia di kompleks sunan Muria . demikian juga sepanjang jalan masuk masjid dan makam sunan Muria terdapat penjual yang menjajakkan berbagai barang dagangan, baik berupa makanan, pakaian , hiasan, soufenir dan barang barang keperluan para peziarah.

3. Peninggalan Sunan Muria
     Nilai nilai kebaikan bercorak filosofi yang terkait dengan mitos tertentu yang sudah sangat di kenal masyarakat sekitar yang di identikkan sebagai peninggalan sunan Muria cukup banyak , diantaranya adalah : parijoto, Air Gentong , Kali buntung,  Masjid , Makam .
Berikut adalah peniggalan yang ada hubunganya dengan sunan Muria .

1.    Buah Parijoto
Buah parijoto termasuk komoditas khas Muria, karena dipercaya mempunyai asal usul yang berkaitan dengan sunan Muria. Kepercayaan berkembang bahwa buah parijoto memiliki khasiat membantu perkembangan janin dalam kandungan .buah ini di percaya dapat menjadikan bayi yang ada dalam kandungan tumbuh sempurna, baik fisik maupun psikis, buah ini juga di percaya bisa membantu perkembangan otak dan watak calon bayi, sehingga kelak bila lahir ia akan memiliki kecerdasan dan watak yang baik .


Buah parijoto menurut kajian laboratorium mengandung bahan kimia saponin, kardenolin flafonoit , tanin nutrisi dan vitamin yang bagus untuk bayi serta obat anti bakteri anti radang diare dan sariawan. Menurut Doctor Judi junaidi Sp.Og dari RS PAD Gatot subroto Jakarta, parijoto berfungsi untuk sintesis nukletoid dan Remetilisasi homosytoine untuk pertumbuhan sel tubuh dan menurinkan resiko neural tube defect atau (cacat lahir akibat tidak sempurnanya pertumbuhan dan perkembangan system tabung syaraf pada masa janin ) dan membantu menumbuhkan otak bayi
Konon, pada saat istri sunan Muria (Dewi sujinah ) mengandung , dewi sujinah tiba tiba ingin memakan buah yang rasanya masam (nyidam) , saat itu di sekitar gunung Muria terdapat banyak buah buahan terdapat banyak buah buahan yang beraneka macam , maka sunan Muria menyuruh santri santrinya untuk mencari buah yang sesuai dengan nyai sujinah tersebut, maka para santri menemukan dan membawa buah parijoto , kisah lain tentang parijoto adalah buah “Bistik” dari kompol, sebuah tumbuhan yang tumbuh di pucuk gunung yang hanya terdapat di pegunungan Muria, gunung mergo jembangan yang letaknya di sebelah utara puncak gunung Muria.
Adanya kepercayaan yang terkait dengan parijoto merupakan media komunikasi budaya yang di bangun oleh sunan muria, melalui parijoto sunan Muria mampu menjadi  budaya bagi masyarakat luas tanpa menuai konflik. Parijoto dengan kepercayaan manfaat dan khasiat medis yang di kandungnya mampu menjadi benda “multikultular” bagi masyarakat lintas ideology .
Kepercayaan memakan buah parijoto bisa disamakan dengan dengan seruan mengkonsumsi buah jintan hitam (habbatus sauda’) dimana dalam beberapa hadist ada penjelasan tentang jintan hitam yang mampu menjadi obat segala penyakit kecuali mati. Spirit islam dapat di sebarkan secara efektif melalui parijoto, dimana ini menunjukkan bahwa ajaran islam menebarkan kebaikan yang universal. Hadirnya kepercayaan masyarakat seputar manfaat parijoto menunjukkan bahwa pola pemikiran sunan muria sudah progresif kontekstual melampoi ruang lokalnya , menerjemahkan pesan kebaikan alam parijoto selayaknya jintan hitam dan madu untuk menjaga kesehatan sebagaimana anjuran islam diwilayah Muria tentu mustahil di temukan jintan hitam sebagaimana  di timur tengah namun agar tetap menebar manfaat seperti jintan hitam, sunan Muria memilih parijoto sebagai instrument local yang memiliki kebaikan yang sama . keberadaan manfaat parijoto memiliki inplikasi pemahaman ; pertama , sunan Muria menebar pesan bahwa Allah swt  menebar kebaikan alam , salah satu cara menebarkan rahmat. Kedua, Sunan Muria berpesan bahwa manusia hendaknya memanfaatkan potensi alam yang ada dari Allah SWT secara bertanggung jawab, yakni tidak memutus mata rantai pelestarian potensi alamiah dan melestarikanya .


2.    Peninggalan Gentong


Bagi masyarakat sekitar Muria dan para peziarah ada yang mempercayai bahwa air gentong peninggalan sunan Muria memiliki beberapa hasiat, antara lain; bisa menjadikan obat dari berbagai macam penyakit , mencerdaskan dan menyehatkan badan, selain itu ada yang mempercayai jika digunakan untuk membasuh muka maka air ini akan memberi aura dan mempercantik wajah.
Mitos air gentong terkait dengan kisah sunan Muria yang masa hidupnya selalu menyediakan air untuk konsumsi dan bersuci bagi masyarakat umum . Sunan Muria menampung air di dalam gentong yang berukuran besar. Dikisahkan, bahwa gentomng tersebut pada mulanya di letakkan di belik atau mata air rejoso (sekitar 500m sebelah timur laut dari sunan Muria) konon juga, gentong ini dari belik laren, letaknya di sekitar petilasan syeh Syahadzili dekat dengan sebuah makam yang di yakini sebagai makam bah laren cerita mitos yang lain adalah air dari belik laren yang di usung oleh salah seorang abdi di padepokan sunan Muria yang bernama Nyi Ageng ratu, konon pada saat memindahkan dari belik laren ke sendang Rejoso , Nyi Ageng ratu menggunakan kendit atau (kain panjang pengikat perut) , pada saat menggendong , kendit itu tersangkut di anak gunung sehingga gunung tersebut patah, jejak tersebut masih bisa di temukan di pegunungan gunung Muria yang dinamakan gunung Tugel . Gentong peninggalan sunan Muria ini di isi air dari sendang rejoso setahun sekali pada tanggal 1 muharram tradisi ini masih di lestarikan sampai sekarang.selain air gentong , terdapat juga air yang di mitoskan dari masyarakat setempat , yaitu air cungkup makam sunan muria , air ini sangat sedikit jumlahnya sehingga sangat sukit untuk mendapatkanya. Keberadaann air cungkup sunan Muria tidak sepopuler air gentong, hanya juri kunci penguryus tertentu yang mengetahui keberadaan air ini.
Salin air gentong dan air cungkup, situs air  yang mengandung manfaat untul kesehatan adalah petik air tiga rasa , air ini terletak di kawasan Makam petilasan syaikh Syazili yang berlokasi 2km sebelah utara makam sunan Muria, dipisahkan dua bukit dan satu sungai besar , letak air tiga rasa ini di sebuah lereng yang terjal. Air tiga rasa bersumber dari tiga mata air yang berdekatan , hanya berjarak 20cm mata air ini menghasilkan air yang berbeda rasanya , air ini di percaya mendatangkan manfaat bagi yang menggunakan .
Filosofi dari mitos air dalam gentong ini memiliki beberapa ajaran , antara lain ;
a.    Sebagai kultural air di gentong memiliki symbol adanya pemersatu sekaligus bentuk cara pandang dan pola laku masyarakat Muria terhadap air . dimana pesanya adalah menghemat air dan membudayakan adanya konsumsi air bersih
b.    Sebagai symbol spiritual air dalam gentong, memiliki pradigma spiritual , air dari gentong memiliki paradigmespiritual dalam kontruksi memperlakukan air
c.     Untuk bersuci.


3.    Pelana kuda
          Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda sering diigunakan oleh masyarakat sekitar untuk mendatangkan hujan. Ritual ini dinamakan dengan guyang cekathak yang berati memandikan pelana kuda, dan biasanya dilakukan pada hari Jumat Wage di saat musim kemarau. Untuk mengawali ritual, mereka membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air Sendang Rejoso, dan mencucinya di mata air tersebut.
Mereka mencuci pelana kuda di Sendang Rejoso menyambut dengan memercikkan air ke warga. Setelah selesai kemudian mereka membacakan doa dan menunaikan sholat istisqa 'untuk meminta hujan. Lalu ritual tersebut ditutup dengan acara makan bersama dengan lauk-pauk yang terdiri dari opor ayam, gulai kambing, dan sayuran yang dipadu dengan parutan kelapa. Ada juga makanan penutup yaitu dawet yang setiap butirannya melambangkan rintik hujan.








0 comments:

Post a Comment