Dibuat
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Aswaja
Dosen
Pengampu : bpk. Wahidullah, S.H.I,M.H
Disusun
oleh,
Nama :
1.Asrofil
Anam : 181420000250
3.
Nor Ahmad Wiji Santoso : 181420000255
4.Yuni
Yusril Hana : 181420000257
5.Titin
Wakhidah : 181420000263
6.Vivi
Febriani : 181420000265
7.
Alfina Nur Rosalinda : 181420000268
8.
Anisa Haniyah : 181420000271
9.
Alifia Rosyada : 181420000275
Mahasiswa
Perbankan Syariah Fakultas dan Hukum
1.Silsilah Sunan Muria
Silsilah Sunan Muria mulai dari
keturunan Nabi Muhammad SAW.
Hubungan
antara Sunan Muria dengan Sunan Ampel adalah hubungan langsung. Sunan Muria
berasal dari saudara Sunan Ampel yang bernama Raden Santri alias Rojo Pandito
alias Ali Murtadlo.
2. Strategi dakwah yang dilakukan oleh
sunan Muria
Sunan Muria termasuk wali yang menjadi kiblat
masyarakat dalam berinterksi sosial. Ia tak hanya menjadi seorang guru dalam
bidang agama, tetapi sekaligus sebagai pemimpin. Dalam hal memimpin Sunan Muria
memberikan keteladanan yang sampai sekarang masih di laksanakan .
Sunan Muria mengajarkan untuk saling tolong
menolong dan gotong royong . seruanya yang terkenal yaitu pagerana omahmu kanti mangkok . sampai sekarang masyarakat Muria
dan sekitarnya tetap melaksanakan ajaran bersedekah dari falsafah yang di
ajarkan sunan Muria. Tidak hanya itu sunan Muria sangat perhatian dalam
menyampaikan ajaran melalui kesenian . ia menciptakan tembang sinom dan
kinanthi. Tembangnya yang popular di lantunkan dalang pada zaman sekarang
adalah sinom Parijoto . Parijoto adalah nama tumbuhan yang hidup di lereng
Muria . ia juga menggunakan pagelaran wayang kulit seperti sunan kaliJaga, sebagai media dakwah. Sunan Muria memiliki
gaya yang moderat ia mengikuti gaya sunan kalijaga yaitu berdakwah dengan
memasukkan ajaran agama lewat berbagai tradisi kebudayaan jawa . misalnya adat
kenduri yang telah ada pada masyarakat di hari hari tertentu setelah kematian
anggota keluarga , seperti nelung dino,
matangpuloh , yatus , nyewu tidak di harapkan . akan tetapi , isi acara
tersebut dimasuki dengan nilai nilai
ajaran islam , tradisi yang tidak sesuai dengan ajaran islam , seperti membakar
kemenyan, membaca mantra ,atau menyuguhkan sesaji yang di tujukan kepada roh
yang meninggal diganti dengan doa sholawat dan shodaqoh .
Dalam berdakwah sunan Muria menggunkan
media kesenian jawa , seperti macapat lagu sinom dan kinanthi , yang dipercayai
sebagai karya ciptaanya itu. Penggunaan seni sebagai media dakwah memang sering
di nisbatkan kepada walisongo . Sunan Muria juga menciptakan pangkur yang
berarti yang berarti pembirat atau pembasmi hati yang jahat .
Sunan Muria berdakwah melalui kehidupan
masyarakat yang nyata . ia berdakwah kepada masyarakat petani , Nelayan, Kaum
buruh, dengan menggunakan sarana dakwah yang popular di masyarakat seperti
gamelan . jadi , sunan Muria melakukan dakwah engan berinteraksi langsung ke
masyarakat .
Sunan
Muria tidak banyak di rekam dalam tradisi Babad dalam konteks perpolitikan .
hal tersebut mengindikasikan bahwa ia lebih banyak terlibat dengan dakwah
kepada masyarakat . ia lebih banyak berdakwah jauh dari keraton demak, menyepi
dan bergaul dengan masyarakat.
Sebagai
salah seorang anggota walisongo ia juga sangat berperan dalam membangun
kerajaan demak. Ia merupakan salah satu pendiri dan penyokong yang setia.
Bahkan karena wataknya yang halus dan ramah serta berfikiran luas, ia sering
diminta berbagai masalah. Konon betapa pun rumitnya masalah itu, suan muria
mampu mendirikan jalan yang terbaik. Ia juga sering diminta menjadi penengah
berbagai konflik. Termasuk konflik internal dikesultanan demak (1518-1530).
Sebagaimana tertulis dalam sejarah, sepeninggal Raden Fatah, Kesultanan Demak
menjadi geger karena banyak yang memperebutkan tahta kerajaan tersebut.
Tercatat, sekitar empat kali demak mengalami pergantian pemimpin. Hebatnya
solusi pemecahan yang ditawarkan Sunan Muria selalu diterima oleh pihak yang
berseteru.
Pola
pendekatan dakwah sunan muria tidak jauh berbeda dengan Sunan Kalijaga. Pertama, pola pendekatan dakwah yang
digunakan Sunan Muria melalui cara berinteraksi langsung dengan masayrakat,
baik masyarakat kalangan petani,nelayan,pedagang maupun buruh. Kedua, dalam rangka berdakwah Sunan
Muria juga menggunakan media kesenian dan sastra dengan menggunakan alat
gamelan sebagai media dakwah, mengarang tembang macapat, pangkur, berbeda
dengan yang selama ini dipahami bahwa beliau mengarang sinom dan kinanti. Ketiga, pendekatan tasawuf atau sufistik
juga dilakukan oleh Sunan Muria, yaitu dengan mengajarkan penataan hati untuk
mencapai ridho Allah, melalui pengalaman bacaan-bacaan wirid dan zikir.
Hikmah
dakwah sunan Muria
Hasil dari kerja keras sunan Muria dalam
berdakwah dilihat dari mayoritas penduduk di wilayah dakwahnya menjadi pemeluk
islam . para pemeluk islam baru kemudian di bina secara terus menerus melalui
pembinaan agama di wilayahnya masing masing . oleh karena itu di beberapa
tempat di dirikanlah masjid dan musholla , selain sebagai tempat ibadah juga
sebagai tempat pembinaan keagamaan seperti pengajian . bagi pemuda yang ingin
memperdalam Ilmu agama , sunan Muria mengajar di masjid dekat dengan tempat
tinggalnya di desa Colo . oleh karena itu sunan Muria juga memiliki sejumlah
santri yang kelak bisa menggantikan dan meneruskan perjuangan dalam berdakwah
di tempat kediaman mereka masing masing . diantara murid murid disebutkan dalam
cerita rakyat adalah Raden Bagus rinangku.
Masjid
yang digunakan sunan Muria sebagai tempat pembinaan berada di samping makamnya
sekarang. Mulai tahun 1998 M . telah dilakukan renovasi masjid lanjutan oleh
pengurus masjid dan makam sunan Muria selain di perluas juga di perkuat
bangunanya dengan konstruksi beton , sehingga menjadi megah dan indah. Selain
masjid di sediakan aula untuk tempat pertemuan, yang juga di gunakan sebagai
tempat pengajian . kantor pengurus makam juga tersedia di kompleks sunan Muria
. demikian juga sepanjang jalan masuk masjid dan makam sunan Muria terdapat
penjual yang menjajakkan berbagai barang dagangan, baik berupa makanan, pakaian
, hiasan, soufenir dan barang barang keperluan para peziarah.
3. Peninggalan Sunan Muria
Nilai nilai kebaikan bercorak filosofi yang
terkait dengan mitos tertentu yang sudah sangat di kenal masyarakat sekitar
yang di identikkan sebagai peninggalan sunan Muria cukup banyak , diantaranya
adalah : parijoto, Air Gentong , Kali buntung,
Masjid , Makam .
Berikut
adalah peniggalan yang ada hubunganya dengan sunan Muria .
1.
Buah
Parijoto
Buah parijoto termasuk komoditas khas Muria,
karena dipercaya mempunyai asal usul yang berkaitan dengan sunan Muria.
Kepercayaan berkembang bahwa buah parijoto memiliki khasiat membantu
perkembangan janin dalam kandungan .buah ini di percaya dapat menjadikan bayi
yang ada dalam kandungan tumbuh sempurna, baik fisik maupun psikis, buah ini
juga di percaya bisa membantu perkembangan otak dan watak calon bayi, sehingga
kelak bila lahir ia akan memiliki kecerdasan dan watak yang baik .
Buah parijoto menurut kajian laboratorium
mengandung bahan kimia saponin,
kardenolin flafonoit , tanin nutrisi dan vitamin yang bagus untuk bayi
serta obat anti bakteri anti radang diare dan sariawan. Menurut Doctor Judi
junaidi Sp.Og dari RS PAD Gatot subroto Jakarta, parijoto berfungsi untuk
sintesis nukletoid dan Remetilisasi
homosytoine untuk pertumbuhan sel tubuh dan menurinkan resiko neural tube
defect atau (cacat lahir akibat tidak sempurnanya pertumbuhan dan perkembangan
system tabung syaraf pada masa janin ) dan membantu menumbuhkan otak bayi
Konon,
pada saat istri sunan Muria (Dewi sujinah ) mengandung , dewi sujinah tiba tiba
ingin memakan buah yang rasanya masam (nyidam) , saat itu di sekitar gunung
Muria terdapat banyak buah buahan terdapat banyak buah buahan yang beraneka
macam , maka sunan Muria menyuruh santri santrinya untuk mencari buah yang
sesuai dengan nyai sujinah tersebut, maka para santri menemukan dan membawa
buah parijoto , kisah lain tentang parijoto adalah buah “Bistik” dari kompol,
sebuah tumbuhan yang tumbuh di pucuk gunung yang hanya terdapat di pegunungan
Muria, gunung mergo jembangan yang letaknya di sebelah utara puncak gunung
Muria.
Adanya
kepercayaan yang terkait dengan parijoto merupakan media komunikasi budaya yang
di bangun oleh sunan muria, melalui parijoto sunan Muria mampu menjadi budaya bagi masyarakat luas tanpa menuai
konflik. Parijoto dengan kepercayaan manfaat dan khasiat medis yang di
kandungnya mampu menjadi benda “multikultular” bagi masyarakat lintas ideology
.
Kepercayaan
memakan buah parijoto bisa disamakan dengan dengan seruan mengkonsumsi buah
jintan hitam (habbatus sauda’) dimana dalam beberapa hadist ada penjelasan
tentang jintan hitam yang mampu menjadi obat segala penyakit kecuali mati.
Spirit islam dapat di sebarkan secara efektif melalui parijoto, dimana ini
menunjukkan bahwa ajaran islam menebarkan kebaikan yang universal. Hadirnya
kepercayaan masyarakat seputar manfaat parijoto menunjukkan bahwa pola
pemikiran sunan muria sudah progresif kontekstual melampoi ruang lokalnya ,
menerjemahkan pesan kebaikan alam parijoto selayaknya jintan hitam dan madu
untuk menjaga kesehatan sebagaimana anjuran islam diwilayah Muria tentu
mustahil di temukan jintan hitam sebagaimana
di timur tengah namun agar tetap menebar manfaat seperti jintan hitam,
sunan Muria memilih parijoto sebagai instrument local yang memiliki kebaikan
yang sama . keberadaan manfaat parijoto memiliki inplikasi pemahaman ; pertama
, sunan Muria menebar pesan bahwa Allah swt
menebar kebaikan alam , salah satu cara menebarkan rahmat. Kedua, Sunan
Muria berpesan bahwa manusia hendaknya memanfaatkan potensi alam yang ada dari
Allah SWT secara bertanggung jawab, yakni tidak memutus mata rantai pelestarian
potensi alamiah dan melestarikanya .
2.
Peninggalan
Gentong
Bagi
masyarakat sekitar Muria dan para peziarah ada yang mempercayai bahwa air
gentong peninggalan sunan Muria memiliki beberapa hasiat, antara lain; bisa
menjadikan obat dari berbagai macam penyakit , mencerdaskan dan menyehatkan
badan, selain itu ada yang mempercayai jika digunakan untuk membasuh muka maka
air ini akan memberi aura dan mempercantik wajah.
Mitos
air gentong terkait dengan kisah sunan Muria yang masa hidupnya selalu
menyediakan air untuk konsumsi dan bersuci bagi masyarakat umum . Sunan Muria
menampung air di dalam gentong yang berukuran besar. Dikisahkan, bahwa gentomng
tersebut pada mulanya di letakkan di belik atau mata air rejoso (sekitar 500m
sebelah timur laut dari sunan Muria) konon juga, gentong ini dari belik laren,
letaknya di sekitar petilasan syeh Syahadzili dekat dengan sebuah makam yang di
yakini sebagai makam bah laren cerita mitos yang lain adalah air dari belik
laren yang di usung oleh salah seorang abdi di padepokan sunan Muria yang
bernama Nyi Ageng ratu, konon pada saat memindahkan dari belik laren ke sendang
Rejoso , Nyi Ageng ratu menggunakan kendit atau (kain panjang pengikat perut) ,
pada saat menggendong , kendit itu tersangkut di anak gunung sehingga gunung
tersebut patah, jejak tersebut masih bisa di temukan di pegunungan gunung Muria
yang dinamakan gunung Tugel . Gentong peninggalan sunan Muria ini di isi air
dari sendang rejoso setahun sekali pada tanggal 1 muharram tradisi ini masih di
lestarikan sampai sekarang.selain air gentong , terdapat juga air yang di
mitoskan dari masyarakat setempat , yaitu air cungkup makam sunan muria , air
ini sangat sedikit jumlahnya sehingga sangat sukit untuk mendapatkanya.
Keberadaann air cungkup sunan Muria tidak sepopuler air gentong, hanya juri
kunci penguryus tertentu yang mengetahui keberadaan air ini.
Salin
air gentong dan air cungkup, situs air
yang mengandung manfaat untul kesehatan adalah petik air tiga rasa , air
ini terletak di kawasan Makam petilasan syaikh Syazili yang berlokasi 2km
sebelah utara makam sunan Muria, dipisahkan dua bukit dan satu sungai besar ,
letak air tiga rasa ini di sebuah lereng yang terjal. Air tiga rasa bersumber
dari tiga mata air yang berdekatan , hanya berjarak 20cm mata air ini
menghasilkan air yang berbeda rasanya , air ini di percaya mendatangkan manfaat
bagi yang menggunakan .
Filosofi
dari mitos air dalam gentong ini memiliki beberapa ajaran , antara lain ;
a. Sebagai
kultural air di gentong memiliki symbol adanya pemersatu sekaligus bentuk cara
pandang dan pola laku masyarakat Muria terhadap air . dimana pesanya adalah
menghemat air dan membudayakan adanya konsumsi air bersih
b. Sebagai
symbol spiritual air dalam gentong, memiliki pradigma spiritual , air dari
gentong memiliki paradigmespiritual dalam kontruksi memperlakukan air
c. Untuk
bersuci.
3.
Pelana
kuda
Beberapa benda peninggalan Sunan Muria seperti pelana kuda
sering diigunakan oleh masyarakat sekitar untuk mendatangkan hujan. Ritual
ini dinamakan dengan guyang cekathak yang berati memandikan pelana kuda, dan
biasanya dilakukan pada hari Jumat Wage di saat musim kemarau. Untuk
mengawali ritual, mereka membawa pelana kuda dari Masjid Muria ke mata air
Sendang Rejoso, dan mencucinya di mata air tersebut.
Mereka mencuci pelana kuda di Sendang Rejoso menyambut dengan
memercikkan air ke warga. Setelah selesai kemudian mereka membacakan doa
dan menunaikan sholat istisqa 'untuk meminta hujan. Lalu ritual tersebut
ditutup dengan acara makan bersama dengan lauk-pauk yang terdiri dari opor
ayam, gulai kambing, dan sayuran yang dipadu dengan parutan kelapa. Ada
juga makanan penutup yaitu dawet yang setiap butirannya melambangkan rintik
hujan.
0 comments:
Post a Comment